Jumat, 13 Januari 2012

Resensi Buku Antologi Cerpen

Judul : Anak Kecil dengan Biolanya
Penulis : Panel Vezhinov
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2002
Tebal buku : vii + 279 halaman
Ukuran : 13 cm x 20 cm

Kumpulan cerpen yang ditulis oleh Panel Vezhinov yang berjudul “Anak Kecil dengan Biolanya” ini termasuk kepada kumpulan cerpen serial cerita klasik yang terdiri dari 9 judul cerpen. Dalam cerpen-cerpen yang ditulis Panel Vezhinov, bahasa yang digunakan tidak mudah dimengerti oleh pembaca sehingga butuh penghayatan dan pengetahuan bagi pembacanya. Buku kumpulan cerpen ini mengisahkan masyarakat Rusia (cerita klasik). Dalam buku ini, pengarang memberikan ilustrasi-ilustrasi yang bisa membawa pembaca terpengaruh oleh cerita-cerita pendek tersebut. Tokoh-tokoh yang diceritakan dalam buku kumpulan cerpen ini, kebanyakan pemeran pria yang berperan dalam cerpen-cerpen tersebut seperti dalam salah satu cerpennya yang berjudul “Laki-Laki Bintang” dan lain sebagainya. Dalam setiap cerpen, nama-nama tokoh tidak disebutkan secara tersirat, seperti aku, ayahku, pelayan-pelayan, laki-laki dan insinyur muda.
Kemudian juga, alur cerita yang digunakan dalam buku kumpulan cerpen in, termasuk alur maju. Penulis banyak menceritakan suasana sesuai dengan keadaan. Dan kumpulan cerpen ini mengisahkan mengenai masyarakat Rusia. Kumpulan cepen ini membutuhkan penghayatan bagi pembacanya dan pembaca dapat terbawa pada cerita yang ditulis oleh Panel Vezhinov ini.

By : Eva Lestari




Judul : Jurnal Cerpen Indonesia
Penulis : Raudal Tanjung Binva dkk.
Penerbit : AKAR Indonesia
Tahun terbit : 2007
Tebal buku : 245 halaman
Ukuran : 14 cm x 21 cm

Buku kumpulan cerpen yang berjudul “Jurnal Cerpen Indonesia” ini terdiri dari delapan cerpen karya beberapa pengarang. Kumpulan cerpen ini merupakan antologi dari beberapa cerpen yang telah diterbitkan di beberapa media cetak. Jurnal cerpen Indonesia ini diterbitkan oleh Lembaga Kajian Kebudayaan AKAR Indonesia yang terbit empat kali setahun.
Secara umum, dalam cerpen ini memiliki tema yang hampir sama yang banyak memberikan makna bagi para pembaca untuk mengambil amanat yang disampaikan dalam cerpen ini untuk dipikirkan.
Latar belakang penulis kebanyakan mengangkat ceritanya dari zaman kolonial karena kebanyakan bahasanya menggunakan bahasa Melayu yang kebanyakan pula terjadi di daerah yang kental dengan adat dan budayanya seperti di Bali.
Antologi cerpen ini mengandung beberapa makna dan pendidikan mengenai pahit getirnya kehidupan dan perjuangan seseorang dalam hidupnya. Namun dalam cerpen ini terdapat kekurangan yaitu tidak ada penekanan pada akhir ceritanya . yang diceritakan hanya permasalahan yang ada pada cerpen tersebut. Dan hampir semua cerpennya memiliki akhir cerita yang menyedihkan.

By : Malasari Dewi




Judul : Gaun Merah Muda
Penulis : Syamsul Arifin
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2004
Tebal buku : vii + 132 halaman

Buku ini merupakan salah satu buku yang ditulis oleh Syamsul Arifin. Buku ini berisi tentang cerita-cerita pendek. Buku ini sangat menarik untuk dibaca , selain karena tampilan buku yang tidak terlalu tebal, juga “cover” yang menarik perhatian. Tetapi juga isi cerita tidak kalah menariknya.
Buku ini banyak menceritakan problema antara laki-laki dan perempuan yang tiada habisnya. Baik mereka itu sebagai suami-isteri, saudara, teman maupun bukan siapa-siapa. Kodrat perempuan yang halus, malu, lembut dan terkadang ‘gagah’(gayanya) memang sangatlah serasi dengan sifat laki-laki yang lebih mementingkan akal daripada perasaan. Banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang mudah dipahami dan juga jalan cerita yang membuat kita penasaran karena kita tak dapat menduganya.
Akan tetapi, alur cerita pendek ini tidak menentu. Memang menarik, tetapi bagi orang yang awam akan sulit dimengerti dan juga ceritanya tidak menyentuh jika sedih maupun tidak terlalu membuat kita tertawa jika ada yang lucu. Tetapi jika kita memaknainya, banyak nilai-nilai yang mudah dipelajari.

By : Mutia Nuraeni


Judul : Lelaki Ikan
Penulis : Hudan Hidayat
Penerbit : Kompas
Tahun terbit : 2006
Tebal buku : 256 halaman
Ukuran : 14 cm x 21 cm

Buku antologi cerpen yang berjudul “Lelaki Ikan” yang ditulis oleh Hudan Hidayat ini, sebagian besar menceritakan tentang ketuhanan dan kematian. Yang terdapat dalam beberapa judul cerpen diantaranya terdapat dalam cerpen yang berjudul Tungs, Parit Terakhir, dan Lampu Kristal..
Dalam cerpen-cerpen tersebut dijelaskan bahwa tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut ingin menghadapi kematian dengan jalan bunuh diri. Karena mereka menganggap bahwa dengan adanya kematian mereka dapat bertemu dengan Tuhan Yang Menciptakan dan mengatur segala aktifitas manusia di dunia. Tidak takut pada kematian memang bagus, tetapi jika menghadapi kematian dengan jalan bunuh diri itu tidak baik, karena itu sama dengan melawan takdir yang telah menjadi ketentuan Tuhan, dan mungkin mereka meragukan terhadap keadilan Tuhan.
Mereka juga tidak percaya terhadap adanya Tuhan, karena mereka terus mencari-cari adanya Tuhan. Mencari adanya Tuhan memang bagus untuk diterapkan dalam kehidupan seahri-hari, karena semakin meningkatnya rasa penasaran kita terhadap adanya Tuhan, maka akan semakin tinggi rasa ingin bertemu kita terhadap Allah SWT dengan jalan ibadah. Akan tetapi, dalam cerpen-cerpen tersebut, mencari-cari Tuhan itu tidak membuat rasa ingin beribadah kepada-Nya. Mereka meragukan adanya Tuhan. Mereka berpikir bahwa Tuhan menentukan nasib seseorang, akan tetapi nasib tersebut dapat diubah oleh manusia. Dan itu menunjukkan bahwa kekuasaan Tuhan dapat diubah oleh manusia dan mereka menganggap bahwa manusia juga dapat berperan sebagai Tuhan. Padahal hal itu tidak boleh dalam agama.
Jadi, cerpen-cerpen tersebut pada umumnya berisi tentang kematian yang ingin mereka jalani dengan bunuh diri dan mereka tidak percaya terhadap adanya Tuhan.

By : Murti Sri Rahayu


Judul : Sang Jelata
Penulis : Hermawan Aksan
Penerbit : Grasindo, Jakarta
Tahun terbit : 2004
Tebal buku : xiii + 130 halaman

Buku antologi cerpen yang berjudul “Sang Jelata” ini ditulis oleh penulis cerpen asal Brebes yaitu Hermawan Aksan. Buku ini terdiri dari tujuh belas judul cerpen yang mempunyai tema tersendiri. Kumpulan cerpen ini berbentuk semacam monolog yang mempertanyakan keadilan, cinta, tanggungjawab dan apapun yang sangat “kini”. Ketujuh belas cerpen tersebut pernah dimuat di media massa.
Hermawan Aksan, penulis asal Brebes ini mengenalkan bukunya dengan menuangkan hal-hal yang berbau wayang baik pewayangan jawa maupun sunda. Penulis buku ini sangat suka terhadap kisah pewayangan dan dia ingin menunjukkan serta mencungkili berbagai kemungkinan yang ada dalam kisah pewayangan dengan menyuarakan hati, dan bukan bermaksud untuk mendobrak atau merombak kisah pewayangan yang asli.
Kebanyakan cerpen-cerpen yang ada dalam buku ini menceritakan tentang seorang jelata yang pekerjaannya hanya meratapi kelemahan dirinya sendiri dan memuji kelebihan orang lain, terutama kepada tuan atau rajanya yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari si jelata tersebut. Dia berpikir bahwa dia tidak mempunyai hikayat yang jelas, dan hanya sempat memiliki cita-cita, tetapi tidak dapat meraihnya dengan kuat. Dia hanya memuji apa yang dimilki oleh tuan rajanya. Dia menganggap bahwa rajanya memiliki kedudukan istimewa daripada dia sendiri.
Hal itu membuat si jelata tersebut membuat sebuah patung yang akan dijadikan sebagai gurunya dalam menjalani kehidupan. Patung tersebut seperti halnya manusia nyata. Dia menganggap bahwa patung tersebut bisa menuntunnya dalam menjalani kehidupan. Tetapi apa daya, ibu jari si jelata malah dipotong, karena dia mengikuti perintah si patung tersebut. Tangannya berceceran darah saat bulan purnama datang.
Kekurangan dari buku antologi cerpen ini nampak bahwa bahasa yang digunakan kurang begitu dipahami oleh para pembaca, sehingga sulit untuk mengambil kesimpulan mengenai apa yang diceritakan tiap-tiap cerpen tersebut. Banyak kata yang asing didengar, sehingga para pembaca harus berpikir lama apa makna dari setiap kalimat dalam tiap-tiap cerpen tersebut.
Tetapi di balik kekurangan tersebut, buku ini memiliki kelebihan yang menarik. Yaitu bahasa yang digunakan menarik. Kemudian dalam buku kumpulan cerpen ini, dituangkan hal-hal yang berbau wayang terutama pewayangan jawa dan sunda. Hal itu berarti penulis secara tidak langsung telah sedikit membantu untuk menjaga kebudayaan Indonesia terutama budaya penulis sendiri di daerah Jawa.
Kehadiran buku ini di Indonesia layak untuk diapresiasi. Buku ini mengangkat khas budaya dari kisah pewayangan yang penulis gemari. Diharapkan mampu memberikan motivasi para pembaca untuk lebih berkresi dan berimajinasi untuk menuangkan ekspresinya dalam setebal buku. Selain itu terkait dengan isi buku ini, semoga kita bisa lebih menghargai dan menjaga budaya kita di Indonesia.

By : Dadan Rukmana

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda tentang blog ini?

Total Tayangan Halaman